Wednesday, 28 August 2013

Preserving Batik and its Beauty

Seperti biasanya, mata saya terpaku erat pada susunan batik-batik kuno cantik yang sudah siap dikirimkan setelah selesai melewati proses perawatan kain, biasanya lebih familiar disebut “Spa Batik”. Goresan dan titik malam yang jatuh di atas selembar desain kain batik Pekalongan yang saya sentuh, adalah salah satu dari sekian banyak karya indah pembatik Indonesia. Tak lepas mata saya mengamati halusnya goresan canting pada kain itu dengan warna-warna indah yang sempurna mengisi tiap ruang desain kain panjang pagi sore, dengan tanahan dan buket yang sangat menawan. Beruntung kain-kain ini terawat dengan baik, sehingga sampai kini keindahannya masih dapat dinikmati. Sesaat terlintas dalam benak saya, sampai kapan kain indah ini bertahan? Saya kemudian teringat pak Hartono Sumarsono yang menuliskan pada pengantar buku “Batik Pesisir Pusaka Indonesia – Koleksi Hartono Sumarsono”. Beliau mengatakan, “Ternyata batik-batik antik memerlukan perawatan dan perlakuan halus karena kain katun dan sutera mudah rapuh di udara tropis yang panas dan lembap. Itu sebabnya sampai saat ini tidak ditemukan kain batik yang umurnya jauh melebihi 200 tahun”.

Dalam beberapa tahun terakhir, apresiasi terhadap batik Indonesia meningkat dengan tajam. Banyak sekali koleksi berharga yang muncul di media sosial, Facebook diantaranya, untuk dapat dimiliki pecinta batik. Tidak hanya kain-kain batik yang disebut antik, kuno ataupun lawas, kain-kain batik baru pun tidak kalah tampil dengan indah di muka layar gadget kita. Sungguh satu perkembangan positif yang tumbuh di kalangan pecinta batik dan semakin meluas.

Berbeda dengan kain-kain batik baru, pada koleksi batik-batik antik atau lawasan, acapkali kita baca catatan dari penjual (OLS) tentang kondisi kain yang tidak sempurna. Deskripsi kain yang ditampilkan di FB dengan catatan: jumlah lubang tusuk gigi, ukuran gula pasir, kacang, tisikan sekian mm, noda dsb, sangat akrab kita temukan. Dan tentu saja, kain-kain yang kondisi fisiknya masih baik dan terawat, biasanya dihargai dengan nilai yang jauh lebih tinggi dari kain-kain yang cacat/tidak sempurna. Bagi kolektor kain batik, kondisi kain yang masih terawat baik akan diapresiai dengan lebih baik pula. Walau tidak jarang, ada sebagian kolektor yang mengesampingkan kondisi fisik kain dan tetap ingin mengkoleksi kain batik tersebut karena faktor historis, desain, ikatan emosional daerah maupun kelangkaannya. Apapun kondisi kain-kain batik berharga ini, baik yang sempurna maupun yang sudah cacad, pada akhirnya akan memiliki masa hidup kain. Kembali kepada temuan pak Hartono Sumarsono bahwa tidak ada kain batik yang umurnya jauh di atas 200 tahun, maka apabila kesadaran merawat kain-kain batik semakin tumbuh pada masa kini, akan memberi harapan umur kain batik yang lebih panjang dari 200 tahun. Upaya rutin merawat kain-kain batik berharga kita akan menjadi kontribusi bagi dunia perbatikan, kontribusi baik bagi kolektor batik maupun para pembatik di masa datang.

Berbicara mengenai perawatan kain batik, perawatan dapat dilakukan sendiri maupun diserahkan kepada pihak yang sudah terlatih untuk merawat. Perawatan kain baik sendiri maupun oleh pihak yang terlatih dalam Spa Batik, biasanya dilakukan dengan cara:

Mengangin-anginkan Kain:
Kain dibuka dan ditempatkan di ruangan terbuka, tidak terkena sinar matahari langsung, namun cukup tersedia sirkulasi angin. Diharapkan, tingkat kelembaban kain akan berkurang/hilang.

Mencuci dengan Lerak:
Buah atau cairan lerak sudah banyak tersedia, baik di pasar batik maupun toko batik terkemuka. Fungsi pencucian dengan lerak adalah untuk membersihkan kain dan menghilangkan bau apek, bila kebetulan lerak tersebut berbentuk cair dan sudah dicampur dengan ekstrak melati atau jeruk. Akan lebih baik bila cairan lerak tersebut juga disertai dengan anti jamur, sehingga menjauhkan kain dari serangan jamur yang dapat merusak kain.

Menguapkan kain dengan Ratus:
Pada tahap ini, kain yang sudah dicuci bersih dan diangin-anginkan kemudian diuapkan di atas bara dengan ramuan ratus khusus yang tertutup. Untuk memastikan efektivitas penguapan, biasanya dilakukan di dalam ruangan yang tertutup. Durasi penguapan bervariasi bergantung pada kondisi kain. Untuk mendapatkan perawatan Spa Batik yang baik, biasanya penguapan berlangsung selama kurang lebih 8 – 12 jam lamanya.

Menyimpan Kain:
Usai melewati proses Spa Batik, kain akan disimpan.
Penyimpanan kain yang paling ideal adalah menggulung kain memanjang pada sebuah tongkat sebelum disimpan dalam lemari. Kelemahan penyimpanan ini, membutuhkan space tempat yang besar.
Cara penyimpanan lainnya adalah dengan melipatnya terbalik. Kain bagian dalam dilipat pada bagian luar. Hal ini untuk menjaga agar warna kain yang biasanya dikenakan pada bagian luar terjaga tetap cerah dan tidak mbladhus.
Spa Batik yang menghasilkan kain bersih, segar dan harum sebenarnya sudah cukup menjaga ngengat atau serangga yang mengancam keutuhan kain mendekat. Untuk menambah prefensi kain dari ancaman ngengat, dapat ditambahkan merica yang dibungkus dalam kain tule dan atau dengan menambahkan akar wangi yang sudah bersih.
Pertanyaan yang sering muncul dalam penyimpanan kain adalah: apakah kain-kain boleh disimpan dalam plastik tertutup?
Bila keadaan kain terawat baik, penyimpanan dalam plastik dapat dilakukan untuk menjaga dari debu atau tercampur dengan kain-kain lain yang belum dirawat. Namun demikian, kondisi kelembaban kain harus senantiasa dimonitor. Disimpan dalam plastik maupun tidak, bila kondisi sekitar cenderung lembab, maka kain-kain tersebut harus secara regular diangin-anginkan.

Semoga bermanfaat.



Bila tertarik merawatkan kain-kain batik, dapat menghubungi kami di
wastrabatiknusantara@gmail.com

PS:
This Note is composed especially dedicated to our prominent batik collectors whom have been passionately preserving the batik collections by putting them into regular Spa Batik treatment. We believe this effort would give great contributions to the future of Batik Indonesia.
Thank You.

Friday, 16 August 2013

Batik Cirebon by pak Katura

Pak Katura, is one of prominent batik maestros from Cirebon. He has created various number of remarkable batik pieces. Most of the batik produced by pak Katura were collected by batik lovers in Indonesia and other parts of the world.

Batik by pak Katura is easily recognized from its meticulous and fine craftsmanship on the making that make the batik design appears as a beautiful pieces. Many of the batik designs are from the Cirebon classics yet there are also designs developed from the old time batik of the north coastal area in Java. To make his batik perfect, pak Katura always finish them in two sided hand drawn batik, as such it needs a doubled timing in completing the batik compare to the one sided hand drawn batik. That what makes batik by pak Katura are valuable ones.

This old style of "Batik Belanda" or Dutch influenced batik style, is one example of pak Katura's batik, depicts wonderfully various images representing events during the colonial era in Indonesia. The soldiers, trains, aircraft and boats are the main focus of the batik and drawn on the "bangbironjo" or red, blue and green color combination. It may look simple yet a very high skilled craftsmanship were involved to make this one a masterpiece.

(WBN)

Thursday, 1 March 2012

The Beauty of Batik Indonesia

Ruangan virtual ini dibangun untuk digunakan sebagai tempat menumpahkan kekaguman indahnya batik Indonesia. Sejarah perjalanan panjang batik Indonesia sejak berabad lalu meninggalkan jejak kuat bagi generasi masa kini untuk memahami dinamika kehidupan masa lalu melalui selembar kain batik. Mari berselancar menikmati indahnya salah satu warisan budaya Indonesia...